Main Cast : Cho Kyuhyun, Meghan Heo
Support Cast : Heo Young Saeng, Member Super Junior
Huft, ini FF
pertama saya setelah sekian lama vakum dari dunia tulis menulis. Biasanya saya
sering kehabisan ide ditengah jalan, mentok sama sekali, dan akhirnya jadi
penghuni tetap lappy saya. Namun berkat pesona Kyuhyun oppa yang sudah berhasil
menyihir saya, saya berhasil juga menyelesaikan FF ini. Hehehe..
..Happy Reading..
Meghan POV
Aku melarikan
mobilku dengan kecepatan tinggi. Inilah gunanya perusahaan mobil menciptakan M3
kan ?, untuk memacu adrenalin bagi yang memiliki hobi ngebut sepertiku. Hujan
mulai turun, namun aku sama sekali tidak takut kecelakaan atau bagaimana karena
jam di dasbor mobilku sudah menunjukkan pukul 1 dini hari. Gara-gara telpon
mendadak dari Jung Hyun Ae eonnie yang mengatakan bahwa ayah angkatku sedang
sekarat dan ingin segera menemuiku sebelum ajal menjemputnya, aku harus
cepat-cepat terbang dari Prancis ke Korea. Hyun Ae eonnie mengatakan bahwa
waktuku tidak banyak lagi.
Untungnya ketika
aku sampai ke Seoul jalanan sudah sepi. Memang tidak sepi sama sekali hanya
terlihat satu dua mobil yang berkeliaran tapi ini sudah cukup sepi untuk kota
sekelas Seoul.
Aku terus memacu
mobilku, hujan makin menderas. Sialan, kenapa sih harus hujan disaat yang tidak
tepat.
Tiba-tiba dari
arah berlawanan aku melihat sebuah Porsche Silver melaju kencang kearahku dan..
Ckiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiit..
Brukkkkkkkkkkkk..
Tabrakan itu tak
dapat dihindarkan. Untungnya aku merupakan salah satu pengemudi handal, dan begitu
juga orang yang mengemudikan mobil Porsche tersebut sehingga kami tidak harus
terlibat kecelakaan hebat, namun tetap saja jantungku terasa berhenti berdetak,
aku bukan kembali ke Korea untuk mengantakan nyawaku. Tidak terima kasih.
Setelah berhasil
mengatur nafas dan mengumpulkan nyawaku yang tadi sempat berkeliaran di udara
aku segera keluar dari mobil dan mengecek keadaan mobilku. Aku lihat mobilku
tidak rusak parah, namun mobil orang yang menabrakku, tidak sebenarnya aku yang
menabraknya karena tidak memperhatikan lampu lalu lintas, bumpernya rusak cukup
parah. Sial, aku tidak punya banyak waktu untuk mengurus semua ini.
“Ya, apa yang kau
lakukan???, kau hampir membunuhku?” teriak sebuah suara cukup lantang dari
belakangku. Aku menoleh dan mataku langsung menatap ke sesosok manusia sempurna
yang wajahnya sangat mirip dengan pahatan patung dewa Yunani. Aku baru sadar
jika di dunia ini ada juga manusia secakep ini.
“Maaf saya
terburu-buru dan sama sekali tidak punya waktu untuk berdebat dengan anda, ini
kartu nama saya, silahkan hubungin saya ketika ingin melakukan proses
pembayaran, saya akan membayar semua kerusakan dan biaya yang anda keluarkan.
Terima kasih.” Aku berkata cepat sambil menjejalkan kartu namaku ke tangannya.
Dia menatapku sambil melongo, sungguh mengagumkan kenapa bisa dia terlihat tetap
tampan dengan ekspresi seperti itu. Jika aku terus berhadapan dengan mahkluk sesempurna
ini, aku bisa memastikan kalau dalam sekejab akal sehatku akan hilang entah kemana,
untuk mencari aman aku segera memutar badan dan melangkah pergi.
“Ya !, mau kemana
kau ? Urusan kita belum selesai !, “ serunya nyaring dan menarik tanganku serta
membalik tubuhku dengan paksa.
“Maaf tuan, saya
benar-benar sedang sibuk dan harus segera pergi, silahkan hubungi saya di nomor
tersebut,” ujarku sekali lagi.
“Enak saja, dari
mana aku tau kalau kau tidak menipuku ?” dia berteriak tepat di depan wajahku.
Sialan, enak saja berteriak-teriak seperti itu. Dia pikir siapa dia ?, ayah dan
ibuku saja tidak pernah meneriaki atau berkata kasar padaku.
“Ya !, kau pikir aku memiliki tampang tukang tipu ha ?” teriakku tidak kalah keras.
“Ya !, kau pikir aku memiliki tampang tukang tipu ha ?” teriakku tidak kalah keras.
“Apa kau tidak
mengenaliku ?”
“Memangnya kenapa aku harus mengenalimu ? Apakah kau selebriti sekelas Tom Cruis ?.” tanyaku kesal.
“Memangnya kenapa aku harus mengenalimu ? Apakah kau selebriti sekelas Tom Cruis ?.” tanyaku kesal.
“Kau sama sekali
tidak mengenalku ?, apa kau tidak tahu Super Junior ?,” dia bertanya dengan
wajah penasaran. Ekspresinya sangat menggemaskan.
“Ya !, apa yang
kau bicarakan?, aku tidak mengerti. Aku tidak mengenal Super.. Super.. Entah
apa seperti yang kau sebutkan itu !.” Seruku kesal dan segera berbalik kemudian
pergi dengan memacu mobilku kencang. Aku sudah tidak banyak waktu dan waktuku
yang sempit ini harus terbuang percuma gara-gara bocah sialan itu.
Kyuhyun POV
“Ya !, apa yang
kau bicarakan ?, aku tidak mengerti. Aku tidak mengenal Super.. Super.. Entah
apa seperti yang kau sebutkan itu !.” Aku mendengar iya berteriak kencang.
Mengalahkan suara petir yang menyambar-nyambar silih berganti. Aku shock. Di abad
ini masih ada orang yang tidak mengenal Super Junior ?, kalau dia orang luar
negeri aku bisa mengerti namun jika dilihat dari gaya bahasa dan susunan
katanya yang sempurna, aku yakin 100% jika dia warga negara Korea asli. Dan
ternyata masih ada orang Korea yang tidak mengenal kami ?, tidak mengenal Super
Junior. Ya Tuhan, mungkin aku terlalu percaya diri jika menganggap group kami
merupakan salah satu group papan atas di Korea. Buktinya masih ada yang tidak
mengenali kami.
Aku menatap
mobilnya yang melaju kencang kemudian mataku beralih ke kartu nama yang aku
pegang. Owh ternyata namanya Meghan Heo, Director Heo Corp. Sepertinya aku
pernah mendengar nama itu, tapi dimana. Mungkin aku harus bertanya pada Siwon hyung.
Namun sebelum itu,
aku harus segera membawa mobilku ke bengkel terlebih dahulu. Cih, wanita
sombong kita lihat saja apa yang akan aku lakukan, aku yakin kau akan menyesal
sudah berani berurusan denganku.
***
“Kyuhyun, dari
mana saja kau kenapa jam segini baru pulang ?,” Tanya Leetuk hyung. Semalam aku
memang memilih untuk tidak pulang ke dorm. Setelah kejadian tabrakan itu aku
memilih untuk tidur di rumah Ahra noona yang letaknya tidak jauh dari bengkel.
Paginya aku baru pulang dengan menggunakan taxi.
“Mian hyung, tadi
malam aku kecelakaan,” ujarku santai dan segera mendudukkan diriku di sofa
ruang tamu.
“Apa
kecelakaan????” Leetuk hyung berteriak keras dan langsung berlari kearahku.
Mengecek hampir setiap senti tubuhku, mungkin niatnya untuk memastikan kondisi
badanku. Dan beberapa detik setelah teriakan Leetuk hyung, aku mendengar suara
gaduh dan suara langkah kaki berlarian. Tidak lama kemudian 9 kepala sudah
berdiri di sekeliling sofa yang aku duduki dengan berbagai macam ekspresi.
“Kyuhyun-ah kata Leetuk
hyung kau kecelakaan, apa benar???,”
“Ada yang
luka???,”
“Sudah kerumah
sakit???,”
“Kenapa kau tidak
memberitahu kami???,”
Tanya beberapa
suara hampir bersamaan. Aku bingung harus menjawab apa. Karena mereka semua
bertanya dengan intonasi dan kecepatan yang sama. Kompak sekali, seperti sedang
latihan saja. Tidak lama kemudian aku mendengar suara isak tangis, pasti
Donghae hyung dan Ryeowook hyung, dan benar saja aku melihat air mata mereka
sudah bercucuran seperti keran bocor.
Dan aku juga masih
bingung, sepertinya baru saja aku berkata kepada Leetuk hyung jika aku
kecelakaan, kenapa bisa semua penghuni dorm lantai 11 dan 12 langsung
mengetahuinya ?, apa mereka semua memiliki indra keenam atau ikatan batin yang
sangat kuat. Aku sangat meragukannya.
“Kenapa kalian
semua ada disini ?,” bukannya menjawab aku malah balik bertanya.
“Kami sedang
sarapan sekalian menunggumu pulang, tadi malam kami cemas memikirkanmu, apalagi
kau tidak membawa ponsel,” kali ini Heechul hyung yang menjawab.
“Kenapa kalian
mencemaskanku ?,” tanyaku lagi.
“Ya.. Cho Kyuhyun,
kenapa kau jadi bodoh seperti ini ?, kami ini hyungmu sudah sewajarnya kami
mengkhawatirkanmu, kau saja yang tidak tahu diri sehingga tidak pernah
mengkhawatirkan kami, sudah jawab saja pertanyaan kami, apa kau terluka ?,”
Heechul hyung menjawab pertanyaanku dengan frustasi.
Melihat ekspresi
mereka semua, aku jadi tersentuh. Ternyata mereka sangat mengkhawatirkanku,
karena tidak ingin membuat mereka semakin khawatir, aku langsung menceritakan
kronologis kejadian semalam, dan meyakinkan mereka jika aku tidak kenapa-kenapa
dan menolak keras usul Sungmin hyung dan Siwon hyung yang ingin menyeretku
segera ke rumah sakit untuk check up karena seingatku aku tidak merasakan sakit
apa pun. Hanya mobilku yang rusak, bukan badanku.
“.. Jadi, Siwon apa
kau tahu tentang group Heo Corp.. ???,” belum selesai pertanyaanku sebuah
jitakan keras mendarat dikepalaku.
“Apooooo, kenapa sih
?,” tanyaku kesal.
“Hai, panggil dia hyung,
kau pikir kau lebih tua darinya, sopan santunmu sama sekali tidak berubah,”
ujar Heechul hyung yang tadi menjitak kepalaku. Aku cemberut disambut anggukan
kepala member lain.
“Sepertinya aku
pernah mendengar nama group itu, kalau tidak salah salah satu rekan bisnis appa
berasal dari group tersebut. Nanti akan aku tanyakan kembali,” akhirnya Siwon hyung
menjawab pertanyaanku. Aku menganggukkan kepala dan menghela nafas lega. Kau
lihat saja wanita sombong, aku akan menghapus senyum sinis dari wajahmu itu
ujarku dalam hati.
Meghan POV
Seberkas sinar
mentari pagi menerobos melalui jendela kamarku. Aku mengucek mataku dan
menggapai HP yang tadi malam aku sisipkan di bawah bantalku. 10.00, wow sudah
siang rupanya. Aku menggeliat lagi. Aku sangat lelah, jam 5 pagi aku baru
pulang kerumah setelah dari rumah sakit menengok ayah angkatku. Seperti yang
Hyun Ae eonnie katakan, kondisi ayah angkatku memang sangat mengkhawatirkan.
Dokter berkata harapannya sudah sangat tipis sekali. Kanker yang bersarang di
tubuhnya sudah mencapai stadium lanjut, kami hanya bisa mengharapkan keajaiban
saja. Sebenarnya aku tak ingin meninggalkan rumah sakit, namun keluarga Jung
memintaku pulang karena melihat kondisi penampilanku yang sangat menggenaskan.
Dengan berat hati aku mengiyakan keinginan mereka dan kembali kerumah untuk
tidur. Aku akan ke rumah sakit kembali nanti malam.
Aku mengutak-atik
I Phoneku mengecek SMS, panggilan masuk dan email. Hemz, ada 5 panggilan tak
terjawab dan 2 SMS masuk. Pertama aku mengecek panggilan masuk, semuanya dari
nomor yang sama dan tidak aku kenali. Mungkin nanti aku harus menelpon kembali,
siapa tahu ada keperluan penting denganku. Kemudian tanganku beralih untuk
membuka SMS masuk, keduanya dari nomor yang sama. Dan mataku langsung melotot
ketika membaca SMS tersebut.
Jam 07.00
From : 085722..
Nona, mobil saya rusak parah dan hari ini saya ada pekerjaan
penting, sedangkan saya tidak biasa naik taxi, jadi saya meminta pertanggung
jawaban nona untuk menjadi sopir saya hari ini.
Jam 09.00
From : 085722..
Hai nona, anda harus bisa jika tidak ingin berurusan dengan
pihak berwajib.
Arghhhhhhhhh..
Kenapa nasibku
harus sesial ini sih ?. Dasar manusia kurang ajar, tidak tahu diri, manusia
tengik, bocah laknat, arghhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh, kenapa aku harus berurusan
dengan manusia seperti ini. Aku mengucek-ucek rambutku frustasi.
Drrrrtt.. Drrrrt..
Drrrrt..
Handphoneku berdering,
sepertinya nomor ini familiar. Siapa ya ?.
“Annayeoung..,”
“Ya, kenapa
telponku tidak diangkat dari tadi ha ?, kau ingin melepas tanggung jawab ya ?,
aku sudah dari tadi menunggumu,” teriak suara dari seberang sana sebelum aku
sempat menyelesaikan salam pembuka.
“Ya, aku baru
bangun, mana aku tahu kalau ada telpon dan SMS masuk. Aku tidak mau menjadi
kacungmu. Maaf saja,” ujarku kesal setelah menyadari jika yang menelpon adalah
bocah tengik itu, tau begitu aku tidak akan mengangkat telponnya tadi.
“Ok, aku akan
langsung menelpon pihak kepolisian dan mengatakan jika kau sudah melanggar
peraturan lalu lintas dan menabrakku, aku yakin jika mereka akan dengan senang
hati langsung memproses kasus ini,” ia berkata pelan dengan nada lembut namun
terdengar menjijikkan ditelingaku karena aku tahu maksud nada suara itu.
“Ya, kau
mengancamku ?,” teriakku kesal.
“Tentu saja tidak,
aku hanya mengatakan yang sebenarnya,” ujarnya santai dan aku mendengar dia
terkekeh pelan. Dasar bocah sialan.
“Baiklah, aku akan
menjemputmu, tunggu sebentar lagi,” seruku kesal dan langsung membanting ponselku.
Kesialan apa lagi
ini, belum 24 jam aku menginjakkan kaki di Korea, aku sudah mendapatkan
kesialan bertubi-tubi.
***
“Kenapa kau
menggunakan pakaian aneh seperti itu ?,” tanyaku heran ketika menjemputnya di
depan apartemen yang tadi disebutnya sebagai dorm Super Junior. Sampai sekarang
aku tidak tahu apa itu Super Junior.
Dia menggunakan
sebuah hoddie berwarna putih, masker yang juga berwarna putih dan kaca mata
hitam besar. Aku rasa dia sudah mirip seperti perampok saja. Dan untuk apa dia
berdandan seperti itu, apa itu merupakan style baru di Korea???, aku
meragukannya.
“Kau diam saja,
jangan banyak bertanya. Sopir harus mengikuti apa kata bosnya,” serunya seenaknya
dan mengeluarkan sebuah PSP dari saku hoddienya.
“Apa kau bilang ?,
sopir ?. Enak saja, kau pikir kau siapa ?,” tanyaku kesal.
Dia menoleh
kearahku dan tersenyum manis.
Degggg.. Sialan,
senyumnya benar-benar mempesona, aku yakin sekarang wajahku sudah merona,
kenapa sih dia harus memiliki senyum semanis itu. Rasanya senyumku saja kalah
manis dibandingkan dengan dirinya.
“Owh, kau belum
mengenalku ya ?, aku Cho Kyuhyun senang berkenalan dengan anda Heo-sii,”
serunya formal sambil menundukkan kepalanya.
Aku mencibir,
untuk apa bersikap seformal itu.
“Panggil aku
Meghan saja,” seruku kesal.
“Meghan.. Meghan..
Meghan, aku tidak suka nama itu, namanya terdengar aneh di kupingku dan sedikit
susah jika dilafalkan di lidahku,” katanya sambil mengulang-ulang pengucapan
namaku.
“Sebenarnya aku
memiliki nama Korea,”
“Oh ya, siapa ?,”
tanyanya penasaran. Aku menggeleng tegas, “Rahasia, yang tahu hanya orang-orang
terdekatku saja. Aku lebih suka di panggil Meghan oleh orang lain, namun tidak
oleh sahabat, keluarga dan orang yang kucintai,” ujarku diplomatis. Dia
mengerutkan keningnya bingung, lalu kembali tersenyum.
“Jadi, kalau aku
sudah menjadi sahabat atau orang yang kau cintai, kau akan memberitahukan
namamu dan memperbolehkan aku memanggilmu dengan nama itu ?,” tanyanya lagi. Aku
mengangguk dan tersenyum. Dia balas tersenyum.
Kyuhyun POV
Senyumnya
benar-benar menghipnotisku membuatku lupa bagaimana caranya bernafas untuk
beberapa saat. Heran, ada apa denganku ?, apa aku sudah menyukai wanita ini ?.
Dia penuh dengan misteri. Aku suka.
“Jadi, mau kemana
kita ?, dan taukah kau, aku tidak paham arah jalan. Karena seumur hidupku baru
kali ini aku membawa mobil sendiri. Biasanya aku selalu diantar oleh sopir atau
Hyun Ae eonnie,” aku mendengar dia bersuara, aku menoleh dan menatapnya nanar.
Tidak sadarkah ia kalau suaranya mengganggu konsentrasiku saja.
“Kau ini bodoh dan
malas sekali. Sampai kapan kau harus diantar terus ?, dasar gadis manja,” aku
menggerutu kesal.
“Apa maksudmu
manja ?, aku tinggal di Prancis. Baru tadi malam aku kembali ke Korea,
setelah menghabiskan seluruh hidupku
disana.”
“Lho, jadi kau
baru tiba ?, aku pikir kau orang Korea asli. Bahasa Koreamu bagus,”
“Ayah dan Ibuku
orang Korea asli, hanya nenekku yang berdarah Amerika. Dan kami memutuskan
untuk tinggal disana ketika ibuku mengandung aku. Dan ini kali kedua aku ke
Korea. Aku tidak pernah menghabiskan waktu di Korea lebih dari seminggu, jadi
wajar sajakan kalau aku tidak mengetahui arah jalan.” ujarku menjelaskan. Dia
menggangguk mengerti.
“Kita jalan-jalan
saja, ke Lotte World mungkin. Aku tidak ada jadwal hari ini,” ujarnya kemudian.
“Kau bilang tadi
kau ada pekerjaan penting makanya memintaku untuk mengantarmu, lalu sekarang
kau bilang kau tidak ada jadwal. Kau ingin mengerjaiku ya ?,” aku mendengar dia
berkata sinis. Aku mengernyitkan dahi mencoba berpikir kembali. Ah benar juga,
sebenarnya aku memang tidak ada jadwal apapun hari ini. Aku hanya ingin
memberinya perlajaran tentang kasus semalam.
“Pekerjaanku hari
ini adalah jalan-jalan menghilangkan stress. Setelah sebulan bekerja nyaris
tanpa hari libur, sudah seharusnya kan aku menikmati hari libur kali ini yang
entah kapan akan datang lagi,” akhirnya dia menggangguk mengiyakan namun
wajahnya masih saja tetap cemberut.
Kami menjelajahi
Lotte World, mencoba semua permainan yang ada disana. Tertawa dan bercanda
bersama. Tawanya benar-benar manis dan sangat menyenangkan.
“Aku ingin makan
ice cream itu,” serunya sambil menunjuk ke arah kedai ice cream yang berada
tidak jauh dari tempat kami duduk. Sepertinya ice cream itu enak terbukti
banyak yang rela mengantri untuk mendapatkannya. Aku mengangguk dan beranjak
untuk ikut mengantri disana.
Aku heran dengan
tingkahku sendiri, tidak biasanya aku mau saja disuruh seperti ini. Lagipula
tadi dia tidak memintaku untuk membelikannya, dia hanya berkata menginginkan
ice cream itu, namun anehnya aku langsung otomatis mengikuti kehendaknya.
Dari kejauhan aku
melihatnya masih duduk di tempat yang sama dan mengeluarkan ponselnya lalu
sibuk berphoto dengan kamera ponselnya. Dasar wanita, dimana-mana sama saja,
narsis. Aku tersenyum melihat posenya dan tanpa sadar aku mengeluarkan ponselku
sendiri dan ikut memotretnya dari kejauhan. Untungnya ponselku dilengkapi oleh
kamera dengan kualitas tinggi, jadi memotret dari jauh bukan merupakan masalah
bagiku. Sepertinya nanti aku akan mengajaknya untuk berphoto bersama.
Dia masih asik
dengan dunianya ketika aku menyodorkan sebuah cone ice cream ukuran besar
kewajahnya, dia terlonjak kaget dan tersenyum malu. Aku tertawa melihat
tingkahnya.
“Hai, kenapa kita
tidak berphoto berdua. Hitung-hitung buat kenang-kenangan,” seruku kemudian.
Entah dari mana aku mendapat keberanian sehingga aku bisa mengatakan itu.
Dia mengernyit
bingung.
“Tenang saja, aku
tidak akan menguploadnya di internet. Lagi pula apa kau tidak bangga bisa
berphoto bersama dengan seorang Cho Kyuhyun, banyak wanita yang ingin berphoto
bersamaku namun aku tolak,” ujarku percaya diri. Dia kembali mendengus dan
kemudian tertawa. Namun akhirnya menyetujui usulku.
Yesss, aku
mendapatkan photonya. Nanti akan aku pamerkan kepada hyung-hyungku yang bawel itu.
“Oh iya, dari
pertama kali kita bertemu kau selalu mengatakan kalau kau ini seorang
selebriti. Memangnya kau benar-benar selebriti ya ?,” dia bertanya sambil tetap
menikmati ice creamnya.
“Kasihan sekali
kau.” Aku berdecak kesal dan mengedarkan pandanganku ke sekeliling. Dan binggo
itu dia.
“Kau mau tahu
Super Junior ?,” tanyaku, dia mengangguk pelan. “Kau lihat baliho raksasa itu
,” aku menunjuk kearah sebuah baliho raksasa yang berada tepat diseberang kami.
“Itu boybandku dan kau pasti bisa mengenali yang mana aku,” ujarku percaya
diri. Baliho raksasa itu mengiklankan mengenai album terbaru kami yang
diluncurkan 2 minggu yang lalu.
Dia memperhatikan
baliho itu cukup lama, kemudian menatapku nanar. Sepertinya berusaha meyakinkan
penglihatannya. Kenapa sih wanita ini tidak percaya sekali. Apa aku perlu
membuka penyamaranku dan langsung mengadakan konser mini disini. Aku yakin
dengan begitu maka pengunjung Lotte World akan heboh dan menjerit tiada henti.
“Aku masih sedikit
meragukannya,” serunya pelan.
“Mwo ?,” aku
mendelik kesal. Bisa-bisanya dia meragukanku, dan intinya dia menganggapku
berbohong. Astaga, wanita ini benar-benar.
“Kau ini
benar-benar, ayo ikut aku,” aku menarik tangannya kesal. Sebenarnya tadi aku
sudah berniat untuk membuka penyamaranku dan melaksanakan niatku untuk
mengadakan konser mini disini, namun aku takut di damprat oleh manager hyung
karena membuat skandal dengan seorang wanita di taman bermain. Aku yakin para
netizen akan dengan senang hati menjadikanku bulan-bulanan selama
berminggu-minggu, apa lagi sekarang kami sedang sibuk mempromosikan album baru
dan SS4 yang akan dilaksanakan sebentar lagi. Jangan sampai skandal yang aku
ciptakan berpengaruh pada semua kinerja kami.
Aku memilih jalan
lain. Aku sengaja menyeretnya ke dorm. Biar hyung-hyungku yang mengatasi
ketidak percayaan wanita cerewet ini.
Meghan POV
Ommo jantungku,
kalau seperti ini terus bisa-bisa aku meninggal karena jantungan. Bisa-bisanya
dia menarik tanganku dengan paksa dan menyeret-nyeretku. Jantungku terasa mau
meledak. Siapa sih yang sudah kompak bermain drum band di jantungku ini ?, apa
mereka memang sengaja ingin membunuhku dan memendekkan umurku ?.
Sebenarnya tadi
aku sudah percaya ketika dia memintaku untuk melihat baliho raksasa itu. Hanya
saja aku masih ingin menggodanya lebih jauh lagi. Lagi pula setelah aku
pikir-pikir dia memang memiliki tampang seperti artis, wajahnya sangat terawat,
dan dia pergi dengan penyamaran. Itu pasti memiliki alasan bukan. Dan alasannya
adalah karena dia seorang selebriti.
Aku rasa dia pasti
marah dan kesal sekali ketika aku mengatakan kalau aku meragukan hal itu. Namun
aku benar-benar tidak menyangka kalau dia akan menyeret-nyeretku seperti
pesakitan seperti ini.
Dia duduk dikursi
kemudi. Mengemudikan M3 ku dengan kecepatan tinggi. Sebenarnya aku sedikit
ngeri juga mengingat saat ini jalanan sedang ramai dan banyak manusia
berkeliaran. Semoga saja tidak terjadi hal-hal yang bisa membuatku bertemu
dengan malaikat lebih cepat.
Kepandaiannya
mengemudi wajib diancungi jempol juga, mengagumkan.
30 menit kemudian
kami sudah sampai ke depan pintu dorm Super Junior. Aku melihat kesekeliling
ruangan, banyak coretan disana-sini sepertinya ungkapan kekaguman dari fans
mereka. Sungguh mengerikan, aku paling tidak suka melihat coretan-coretan yang
tidak pada tempatnya. Merusak pemandangan saja.
“Aku pulang,”
teriaknya dari ambang pintu. Dia masih menyeretku dan tidak melepaskan
genggamannya dari tanganku.
Mungkin karena
mendengar teriakannya yang sudah mencapai 3 oktaf itu semua mata menoleh
padanya. Dan voila, muncullah 9 kepala di ruang tamu dan menatap kami dengan
penuh tanda tanya.
“Siapa dia Kyu ?,”
Tanya seorang pria mungil dengan rambut berwarna merah burgundy. Wajahnya
sangat menggemaskan. Polos minta cium. Hahaha..
“Cantik, kenalkan
padaku,” timpal yang lain. Aku menatapnya dan tersenyum semanis mungkin. Dia
memiliki rambut yang berwarna pirang, sedikit berwajah mesum sepertinya. Dan
aku menatap 9 kepala tersebut satu persatu. Semuanya benar-benar mengagumkan,
tampan, menggemaskan, dan imut. Rasanya aku masuk ke sarang malaikat.
“Dia tidak
mengenal Super Junior dan meragukan tentang keanggotaanku. Bisakah hyung
menjelaskan padanya ?,” aku menatap Kyuhyun yang berkata dengan nada frustasi.
Hai, apa dia sesakit hati itu ?, aku kan hanya tidak mengenal mereka. Apa
masalahnya ?.
“Mwo?, yang benar
saja, dia hidup dari dunia mana sih?,” seorang namja dengan tubuh gembul
menimpali. Mulutnya sibuk mengunyah kentang goreng di ikuti oleh seorang namja
yang membawa seekor kura-kura dalam pelukannya. Rasanya dia mengeluarkan aura
negative disekelilingnya. Aku langsung mengalihkan pandanganku lagi.
“Entahlah, aku
sudah kehabisan akal untuk menjelaskannya. Hyung saja yang menjelaskan,”
Kyuhyun melengos dan langsung pergi ke dapur.
Ketika itulah
mereka langsung mengerumuniku dan memperkenalkan diri satu persatu. Aku yang
masih bingung hanya bisa melongo. Hai, kenapa sih mereka harus seheboh dan
secerewet ini. Mereka lelaki atau perempuan sih ?, berisik seperti ibu-ibu
arisan saja.
Lalu seorang namja
yang akhirnya aku ketahui bernama Donghae memutar sebuah CD yang aku lihat
sebagai CD album Super Junior 5jib Mr. Simple. Tidak lama kemudian sebuah lagu
mengalun dari speaker besar dan mereka kompak menarikan lagu tersebut di ruang
tamu. Sepertinya mereka mengadakan konser dadakan sekarang. Aku yang awalnya
bingung dan memasang tampang cengo akhirnya bisa menikmati konser dadakan
tersebut. Suara dan dance mereka cukup mengagumkan, sepertinya aku akan
memproklamirkan diri menjadi salah satu fans mereka. Namun tentunya aku tidak
akan mengagumi Kyuhyun karena sepertinya dia sangat kekanak-kanakan. Aku
menyukai Leetuk oppa.
“Masih meragukan
kami ?,” Donghae oppa bertanya. Aku menggeleng keras-keras dan tersenyum lebar.
Siapa yang akan menyangkal jika mereka sudah seperti ini. Aku kan tadi hanya
iseng saja pada Kyuhyun bodoh itu.
Akhirnya aku
menghabiskan waktuku disana. Mendengar mereka bernyanyi dan menari bersama.
Sangat menyenangkan.
Drrrrtt..
Drrrrrtt.. Drrrrrrtt..
Ponselku
berbunyi keras setelah aku mengaktifkan kembali ponselku. Nomor Hyun Ae eonnie
terpampang di LCD ponselku. Ada apa ini, perasaanku sedikit tidak enak.
“Annyeong
eonnie, wae???”
“Andwe..”
aku berteriak keras setelah mendengar kalimat terakhir Hyun Ae eonnie. Appa
meninggal katanya. Astaga karena terlalu asik berkeliling dan mendengar mereka
konser aku sampai lupa waktu. Seharusnya aku sudah berada di rumah sakit sejak
5 jam yang lalu. Jam di pergelangan tanganku sudah menunjukkan pukul 11 malam.
Ya ampun, aku benar-benar keterlaluan. Seharusnya aku disini untuk menemani
ayah angkatku, bukan untuk berkeliaran tidak jelas seperti ini.
“Wae
?,” Tanya Kyuhyun yang dari tadi duduk disampingku. Aku melihat kekhawatiran
diwajahnya.
“Appaku
meninggal. Aku harus segera ke rumah sakit sekarang.” ujarku akhirnya setelah
sadar dari kekagetanku. Mereka semua terlihat kaget.
“Aku
antar,” Kyuhyun berkata lagi dan langsung menyeretku pergi. Aku rasa oppa yang
lain juga mengikuti kami dengan sebuah van berwarna hitam. Aku sudah tidak
memperdulikannya. Aku benar-benar shock. Bisa-bisanya aku melupakan tujuan
utamaku ke Korea. Seperti bukan diriku saja, biasanya semua hal yang akan aku
lakukan sudah aku rencanakan dengan sempurna dan tidak pernah meleset dari
rencana itu, walaupun meleset maka tidak akan separah ini.
Aku
belari menuju ke ruang rawat Jung appa. Disana sudah berkumpul keluarga besar
Jung appa dan semua menangis. Aku langsung memeluk Hyun Ae eonnie. Ikut
menangis bersama mereka. Kyuhyun dan oppa yang lain menyusul belakangan.
***
Aku
lelah, sangat lelah. Proses pemakaman appa berjalan lancar. Langit seakan ikut
mengantar kepergian Jung appa, gerimis mulai turun sedikit-sedikit. Dan
sekarang disinilah aku berdiri di depan makan appa. Masih menyesali tindakan
bodohku. Kata Hyun Ae eonnie sebelum meninggal Jung appa sempat menanyakanku,
sepertinya ada hal yang ingin beliau katakan. Namun aku tidak bisa dihubungi.
Aku memang menonaktifkan ponselku ketika bersama Kyuhyun, karena dia yang
meminta begitu. Dan beliau tidak bisa menunggu lebih lama lagi, beliau
meninggal dunia ketika aku belum sempat menemuinya, karena ketika aku ke rumah
sakit semalam Jung appa sedang tidur dan kata dokter tidak bisa diganggu, aku
hanya sempat menemuinya sebentar dan melihatnya terlelap tidur. Hujan semakin
menderas, aku masih belum beranjak juga. Air mataku ikut mengalir bersama
dengan air hujan. Membasahi tanah pemakaman itu.
Tiba-tiba
aku merasa sebuah tangan memeluk tubuhku dan memayungiku. Aku menoleh. Kyuhyun
berdiri disampingku, memelukku dengan sebelah tangannya. Aku balas memeluknya
dan kembali menangis. Aku ingin menangis sampai puas, sampai air mataku kering.
Sampai rasa sesak didadaku hilang.
Kyuhyun
POV
Menyedihkan
rasanya melihatnya seperti ini. Menangis tiada henti. Untungnya setengah jam
yang lalu dia terlihat kelelahan dan langsung tertidur. Aku bisa menghela nafas
lega. Sejak mendengar berita kematian appanya dia sangat terpukul. Dari Hyun Ae
aku mengetahui jika Jung appa bukanlah appa kandungnya. Hanya appa angkat,
walaupun begitu rasa cinta yang dimilikinya melebihi rasa cinta untuk appa
kandungnya sendiri. Karena sejak kecil Jung appalah yang menemaninya.
Menjadikan diri sebagai figur appa yang tidak pernah didapatkannya dari appa
kandungnya karena kesibukan beliau dengan bisnis yang di kelolanya. Wajar saja
jika dia sangat terpukul dan bersedih. Aku ikut merasa bersalah karena akulah
dia tidak bisa bertemu dengan appanya untuk yang terakhir kalinya. Akulah yang
memaksanya untuk menonaktifkan ponselnya dengan alasan yang aku buat-buat
sendiri.
Aku
pergi ke dapur apartemennya dan membuat segelas susu panas. Aku lapar, tentu
saja. Sejak siang tadi belum ada sedikitpun makanan yang masuk ke dalam
perutku. Aku benar-benar khawatir dengan keadaannya. Untungnya Leetuk hyung mau
mengerti dan memohon pada manager hyung agar jadwalku hari ini di kosongkan
saja. Aku ingin menemaninya.
Aku
ingin berada disisinya dan merasakan rasa sakit yang ia rasakan.
Meghan
POV
Aku
lelah, aku merasa seluruh tubuhku sakit terutama lengan kananku. Ada apa ini,
rasanya kemarin aku hanya menangis tiada henti bukannya kecelakaan atau
bagaimana. Kenapa bisa tanganku sesakit ini ?.
Aku
memaksakan diri untuk membuka mata. Tanganku terasa berat. Setelah terbiasa
dengan cahaya yang menerobos disela-sela jendela aku baru bisa memfokuskan
pandanganku. Kyuhyun terlihat tidur pulas sambil menindih tanganku dan tangan
satunya menggenggam tanganku. Sepertinya dia tidak meninggalkanku sejak
semalam. Ada rasa tersentuh menyelinap di hatiku. Aku menangis kembali, bukan
karena kematian appa tapi karena melihat perhatiannya.
Hai,
aku tidak boleh begini. Aku harus kuat. Dialah penyebab aku tidak bisa bertemu appa,
dialah yang merusak semua rencananya. Dialah biang keroknya. Dia, Cho Kyuhyun.
Aku
segera mengahapus air mataku ketika melihatnya bergerak pelan dan mengucek
matanya.
“Kau
sudah bangun ?, bagaimana perasaanmu ?,” tanyanya sambil memeriksa suhu badanku
dengan telapak tangannya. Dia terlihat bahagia dan tersenyum.
“Aku
baik-baik saja. Pergilah, aku ingin sendirian,” ujarku lagi. Dia terlihat
terkejut. Wajahnya yang tadi terlihat senang langsung berubah menjadi sendu.
“Mianhae
Meghan, gara-gara aku kau tidak bisa bertemu dengan appamu untuk yang terakhir
kalinya,” ia berkata pelan dan aku lihat air matanya sudah jatuh dipipinya.
Hai, kenapa dia harus menangis ?, apa ini sangat menyakitkan baginya?.
“Lupakan
saja. Pergilah. Aku tidak ingin melihatmu. Maafkan aku. Terima kasih.” Ujarku
tegas. Dia terlihat kaget, namun akhirnya ia mengangguk dan langsung melangkah
pergi.
“Mianhae
Meghan. Ketika kita bertemu lagi aku harap kebencianmu padaku akan menghilang
dan kau bisa mulai mencoba untuk melihatku dengan versi yang berbeda,” dia
berkata lagi sebelum meninggalkan kamarku. Aku menatapnya dan kemudian
tersenyum pahit.
“Semoga
saja kita bertemu kembali,” seruku getir dan aku yakin dia tidak mendengarnya.
2
Years Later..
Meghan
POV
Aku
melangkahkan kakiku cepat. Tubuhku terasa mau patah, tulang-tulangku terasa
sakit semua. Perjalanan kali ini benar-benar melelahkan. Hanya dalam waktu 24
jam aku sudah berada di 3 negara yang berbeda. Rasanya baru beberapa jam yang
lalu aku berada di Milan lalu ke Indonesia. Sekarang aku sudah melangkahkan
kakiku di bandara Incheon. Sudah 2 tahun aku tidak menapakkan kakiku ditempat
ini. Banyak hal yang sudah berubah. Bandara ini semakin terlihat lux. Selama 2
tahun ini aku berhasil menghindari negara ini, namun kali ini aku tidak dapat mengelak
lagi. Young Saeng oppa sedang sakit sehingga tidak bisa menghadiri acara amal
yang di sponsori oleh perusahaan kami, selain itu aku juga harus menemui klien
penting di Pulau Jeju sekalian meninjau kemajuan pembangunan jaringan hotel
baru yang mulai dibangun awal tahun lalu. Seharusnya proyek itu selesai akhir
bulan ini, namun masih ada beberapa bagian yang tidak sesuai dan harus segera
dibenahi.
Sebenarnya
aku takut ke Korea. Aku takut bertemu dengannya, aku takut dengan diriku
sendiri. Aku tidak bisa memungkiri jika hatiku selalu bergetar setiap melihat
dia di layar kaca. Sekarang aku menjadi seorang ELF sejati. Aku selalu
mengikuti setiap perkembangannya selama 2 tahun ini. Semua hal tentangnya aku
cari. Namun entah kenapa aku takut bertemu dengannya, sangat takut. Aku memang
bodoh, namun bagaimana lagi, itulah yang aku rasakan.
Elize
eonnie mengikuti langkahku sambil menerima telpon entah dari siapa. Aku lihat
staminanya masih sangat bagus. Sungguh mengagumkan mengingat dia selalu
menemaniku dimanapun dan kemanapun aku pergi. Sama sekali tidak terdengar
keluhan dari bibirnya. Dia mengerjakan tugasnya dengan efisien dan tepat waktu.
Tidak salah aku masih tetap mempertahankannya sebagai seketarisku selama 5
tahun ini.
“Apa
jadwalku setelah ini?,” tanyaku setelah ia mengakhiri pembicaraannya lewat
telpon.
Dia
membuka Ipad-nya. “Jam 7 nanti kita akan menghadiri acara amal di Hilton Hotel,
lalu jam 10 kita akan mengejar pesawat ke Pulau Jeju,” ujarnya setelah membaca
daftar agendaku.
“Bisakah
pesawatnya di cancel jam 12 siang saja ?, bukannya pertemuannya akan diadakan pada
malam hari. Aku ingin mengunjungi suatu tempat, atur ulang jadwal kunjungan ke
project itu” seruku lagi. Aku sudah sangat lelah, sepertinya Elize eonnie pun
begitu. Lagi pula aku ingin mengunjungi makan Jung appa sebelum kembali ke
Prancis. Entah kapan lagi aku akan ke Korea.
“Baiklah,”
serunya terlihat kegirangan.
“Setelah
ini kita langsung ke butik dan salon saja. Aku rasa aku harus membeli gaun
baru. Kau pun harus begitukan ?. Aku tak ingin memperkenalkan tunangan Young
Saeng oppa dengan tampang lecek begini,” ujarku bercanda, dia hanya tertawa
renyah. Selain sebagai seketaris, Elize Eonnie juga merupakan calon kakak
iparku. Kerja kerasnya patut diancungi jempol. Meskipun dia akan menikah dengan
kakakku, dia masih bersikeras untuk bekerja sebagai seketarisku, padahal bisa
saja dia berhenti bekerja atau memilih untuk mengelola sebuah restoran yang di
hadiahkan oleh Young Saeng oppa tahun lalu. Namun, dia berkata jika dia tidak
ingin di sebut memanfaatkan orang lain dan wanita mata duitan. Sungguh prinsip
yang mengagumkan dan jarang dimiliki oleh wanita zaman sekarang.
***
Ballroom
hotel tempat diadakannya acara itu terlihat ramai ketika kami menginjakkan kaki
diambang pintu. Semua mata memandang kehadiranku, sebenarnya aku sangat risih
diperlakukan seperti ini. Tapi mau bagaimana lagi Heo Corp. lah yang menajadi
donator acara ini. Aku harus rela menjadi pusat perhatian.
“Nona
Meghan, lama tidak bertemu silahkan bergabung dengan kami,” seorang laki-laki
yang aku perkirakan berusia awal 50an menyambut kedatanganku dan membawaku
kepada kerumunan orang di seberang aula. Dia memperkenalkanku kepada tamu tersebut
satu persatu. Beberapa dari mereka aku sudah mengenalnya karena mereka
merupakan rekan bisnis kami, namun kebanyakan aku tidak mengenali mereka karena
biasanya Young Saeng oppalah yang sering bersosialisasi dengan mereka. Aku
lebih senang berkutat di belakang layar.
Setelah
beramah tamah beberapa saat akhirnya acara dimulai juga. Sungguh membosankan.
Untungnya acara tersebut akan berakhir sebentar lagi. Aku mengedarkan
pandanganku, sepertinya banyak kalangan selebriti yang hadir. Mungkin mereka
ikut ambil bagian dalam acara amal ini.
Jantungku
berdegup kencang ketika sekilas melihat orang yang berasal dari masa laluku.
Ryewook oppa. Mungkinkah dia ada disini juga. Aku memang tak ingin bertemu
dengannya, tapi tak bisa aku pungkiri jika aku sangat merindukannya. Aku ingin
melihatnya walaupun hanya sesaat saja.
Ketika
asik berkutat dengan pikirannku, intro lagu yang sangat aku kenali mengalun
lembut.
Dan
suaranyalah yang menggema pertama kali. Aku langsung menatap kearah panggung.
Dia berada disana, berdiri kokoh dan bernyanyi lembut. Memories. Lagu
favoritku, tanpa terasa air mataku meleleh mendengar ia menyanyi. Aku baru
sadar jika aku benar-benar merindukannya. Ternyata melihatnya lewat layar kaca
dan halaman majalah tidak juga mengobati kerinduanku.
Dia
terus menyanyi bersama dengan Yesung oppa dan Ryewook oppa. Semua masih sama,
tidak berubah.
Tanpa
sengaja mata kami bertatapan, dia terlihat kaget, namun kemudian dia tersenyum
dan air matanya juga mengalir. Aku masih sibuk dengan duniaku ketika aku mendengar
suara tepuk tangan bergema. Mereka sudah mengakhiri lagu mereka dan itu juga menandakan
jika acara amal ini telah berakhir. Aku segera menyeret Elize eonnie ketika aku
lihat dia masih sibuk memberi salam perpisahan. Aku memang merindukannya namun
aku masih belum ingin bertemu dengannya. Tidak untuk saat ini.
Kyuhyun
POV
Astaga,
dia berada disini. Duduk diantara penonton. Menyaksikan penampilanku. Aku
benar-benar tidak menduga jika akan bertemu dengannya setelah 2 tahun berlalu.
Aku harus mengucapkan terima kasih kepada manager hyung yang sudah memaksaku
untuk menghadiri acara ini. Awalnya aku menolak keras, karena aku baru saja
tiba dari Taiwan setelah promosi bersama dengan SUJU M.
Dia
terlihat semakin cantik. Anggun dan mempesona. Aku lihat dia menangis. Entah
karena apa, mungkin karena lagu yang kami nyanyikan yang liriknya sangat
menyentuh hati. Tidak mungkin karena bertemu denganku kan ?, walaupun
sebenarnya itu yang sangat aku harapkan.
Jika
tidak mengingat propesionalisme, mungkin saat ini aku sudah berlari memeluknya.
Menumpahkan seluruh kerinduanku dan memintanya untuk berada disisiku, mencoba
belajar melihatku seperti aku yang selalu melihatnya dan membutakan mataku untuk
yang lain.
Ketika
aku ingin menghampirinya aku lihat dia berdiri dan menyeret seorang wanita
bersamanya. Aku harus kecewa lagi, dia tidak ingin bertemu denganku. Sebenci
itukah dia padaku, sehingga harus berlari sejauh itu. Hatiku perih melihatnya,
rasanya seperti ada sebuah pisau tajam yang menyayat-nyatatnya. Dia masih belum
bisa melihatku, bahkan mungkin mencoba pun tidak. Sekali lagi aku harus
menangis karenanya. Setelah 2 tahun ini aku terus mengingatnya nyaris dalam
setiap tarikan dan hembusan nafasku.
Meghan
POV
“Appa,
maaf baru bisa mengunjungimu sekarang. Appa pasti mengerti bukan???, Aku yakin appa
bisa melihatku dari atas sana. Beristirahatlah appa, aku merindukanmu,” ujarku
lirih setelah aku meletakkan sebuket mawar putih diatas makam Jung appa.
Sebelum melanjutkan perjalanan ke Pulau Jeju aku memang ingin mengunjungi makan
Jung appa. Aku benar-benar merindukannya. Dia adalah sosok appa yang sebenarnya
bagiku.
“Aku
tahu kau akan ada disini,” tiba-tiba sebuah suara memecah keheningan yang aku ciptakan
di makam ini. Aku mengenali suara itu, sangat mengenalinya, mana mungkin aku
bisa melupakannya jika setiap ada waktu luang aku selalu mendengar suaranya melalu
I-phoneku. Namun tak urung aku terkejut juga menyadari kehadirannya di
sampingku.
“Lama
tak bertemu. Tahukah kau jika selama ini aku terus mencarimu ?, setiap ada
waktu luang aku ke Prancis untuk mencari jejakmu, namun tak pernah berhasil
menemukanmu. Kau seperti hilang ditelan bumi setelah malam itu. Aku tak tahu
apapun tentangmu selain dari kartu nama itu. Namun sepertinya kau benar-benar
berniat mengindariku sehingga aku tak pernah berhasil bisa menjangkau
keberadaanmu. Aku sangat merindukanmu. Tak bisakah kau mencoba untuk melihatku
dengan cara yang berbeda. Tak bisakah kau memaafkanku,” serunya tercekat. Tanpa
melihatnya pun aku tahu jika dia sedang menangis. Aku bingung harus menjawab
apa. Aku hanya diam membisu. Selama ini aku memang berusaha untuk menghilang
darinya. Aku pindah ke kantor cabang kami yang berada di Rio De Janiero. Menghilang
dari jangkauannya. Dan sepertinya itu berhasil, memang pernah beberapa kali Elize
eonnie dan Young Saeng oppa mengatakan jika ada seorang pria yang mencariku,
namun aku sudah mengatakan kepada mereka untuk menutupi keberadaanku.
“Sepertinya
kesalahanku padamu benar-benar tak termaafkan. Baiklah, aku menyerah. Aku sudah
kehabisan cara untuk memohon maafmu,” ujarnya lagi setelah hening beberapa
saat. Aku menghela nafas pelan, aku lihat dari sudut mataku dia melangkah
menjauh.
“Young
Shim !,” seruku akhirnya. Dia langsung berhenti dan menoleh padaku, menatapku
dengan penuh tanda tanya. “Nama Koreaku Young Shim, Heo Young Shim !,” seruku
sekali lagi untuk menegaskannya. Dia terperangah tak percaya.
Kyuhyun
POV
Aku
benar-benar putus asa. Aku sudah tidak tahu apa lagi yang harus aku lakukan
untuk memberitahukan padanya mengenai penyesalanku. Namun dia sama sekali tidak
menggubrisku, menoleh pun tidak. Hatiku semakin sakit, lebih menyakitkan dari
pada melihatnya pergi meninggalkanku bahkan tanpa sempat bertukar kata semalam.
Apa aku begitu berdosa sampai-sampai dia menolak untuk melihat wajahku. Aku
ingin memandang wajahnya sekali saja, hanya sekali. Setelah menunggu reaksinya
beberapa saat, dan sama sekali tiada reaksi, akhirnya aku menyerah dan mengaku
kalah. Aku melangkah pergi untuk meninggalkannya. Setelah ini aku akan
menghilang dari dunianya, namun aku tak akan menghapusnya dari duniaku. Dia adalah
duniaku, dunia yang tidak menginginkan kehadiranku.
“Young
Shim !,” aku mendengar suaranya berseru pelan. Aku menoleh bingung. Apa
maksudnya. Apakah dia ingin memberitahukan nama suaminya atau mungkin nama
anaknya, karena sepertinya itu nama wanita. “Nama Koreaku Young Shim, Heo Young
Shim !,” aku mendengar suaranya sekali lagi. Penuh penegasan. Aku terperangah
bingung, sedetik kemudian aku menyadari maksudnya. Dengan langkah lebar-labar
bahkan hampir berlari aku menghampirinya dan membawanya kedalam pelukanku.
Memeluknya erat-erat, aku ingin menyampaikan kerinduanku lewat pelukan ini. Aku
menangis pelan, begitupun dirinya karena aku merasa dadaku basah oleh air
matanya. Namun aku belum ingin melepaskannya, aku masih ingin menikmati moment
ini, menciumi bau parfum berbaur dengan aroma tubuhnya. Menikmati setiap moment
dalam pelukkan ini. Setiap detiknya.
“Apa
kau akan mencoba untuk belajar melihatku ?, karena aku selalu melihatmu,”
ujarku bergumam pelan didalam pelukannya. Dia tidak menjawab, namun aku merasakan
pelukannya semakin mengerat, aku tak perlu mendengar jawabannya karena bagiku
itu sudah lebih dari cukup untuk menjawab segalanya.
Tuhan
akhirnya menjawab do’aku selama ini. Aku yakin setelah ini duniaku akan lebih
indah dan tentu saja berwarna, karena ternyata dia sudah mencoba untuk
mengundangku dalam dunianya.
..The
End..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar