Kupu-Kupu

Kupu-Kupu

Selasa, 18 Oktober 2011

Balada Selingkuh..


Hemz ini fenomena yang terjadi di tempat kerja saya. Bawahan yang berselingkuh dengan atasannya. Kasian juga sih kalau mikirin anaknya dan suaminya. Tapi kan yang tau kondisi keluarganya kan dirinya sendiri. Yah, dia sudah cukup dewasalah kalau cuma harus milih antara selingkuhannya atau suaminya. Kadang sering sih dengar dia bergosip ria dengan sang selingkuhan di telpon, alasannya saya lembur makanya gak pulang padahal waktu 2 jam istirahat dihabiskan untuk nelpon sang selingkuhan yang sebenarnya juga bekerja di perusahaan yang sama namun beda divisi. Inilah efek BBM, karena sering BBMan jadi deket, ujung-ujungnya telpon telponan deh. Halakh, kasian banget ya BBM disalahkan.
Sebenarnya artikel ini bukan buat ngehina atau mikir buruk soal si Mbak –yang sebenarnya bawahan saya sih- dan si lelaki –yang rekan kerja saya seprofesi- tapi saya berniat untuk berbagi pengalaman dan curhat gak jelas disini, mengingat atau tepatnya bernostalgi tenang kenangan saya dengan tunangan orang tahun 2010 lalu. Saya memang salah waktu itu, bahkan mungkin otak saya cenderung bermasalah. Bisa-bisanya saya ‘jalan’ dengan tunangan orang yang sebentar lagi mau menikah dan parahnya dia terang-terangan mengakui kalau dia gak mungkin ninggalin tunangannya untuk saya karena dia sudah menghisap sari sang tunangan. Dan taukah anda saudara-saudara reaksi saya waktu itu hanya lempeng saja. Peduli amat, bukan saya ini yang dinikmatin. Kadang saya mikir, saya masih punya hati gak sih??? Kok kayanya saya tega banget ya ngerebut tunangan orang dan sama sekali gak ngerasa berdosa waktu itu.
Tapi untungnya –ciri khas orang Indonesia, selalu bisa untung walaupun apa pun yang terjadi- saya cepat menyadari kebodohan saya dan meninggalkan sang lelaki tanpa ucapan selamat tinggal. Peduli amat, sifat evil yang saya miliki sedang kumat saat itu. Semua telpon dan SMS geje-nya saya reject dan saya hapus sebelum saya baca. Untungnya saya keburu pergi ke kota lain setelah insiden mengerikan itu dan kembali beberapa bulan kemudian. Dasar saya manusia yang mungkin gak memiliki hati, santai saja saya kembali dan melupakan kejadian gak penting itu. Mencuekin dia dan mengganggapnya gak pernah ada, sampai sekarang setelah 1 tahun saya berkerja di tempat yang sama, mungkin intensitas saya menyapanya bisa dihitung dengan jari tangan kiri saya.
Itulah salah satu kejelekan sifat yang saya miliki, jika sudah mengakhiri sesuatu maka saya tak akan pernah memulainya lagi. Walaupun dalam bentuk pertemanan, menurut saya kisah ini sudah sampai titik dan saya tidak akan melanjutkan sekuelnya kaya sinetron kita yang entah sampai session keberapa saya samai lupa cerita awalnya sakin lamanya sinetron tersebut di tayangkan.
Ok kembali ke soal selingkuh. Saya sebenarnya termasuk manusia penganut sistem happy ever after yang maunya semua kisah berakhir bahagia. Makanya saya membenci baca buku yang berakhir tragis, misalnya tokoh utama pria yang saya senangi tidak menikah dengan tokoh utama wanitanya atau  sang tokoh utama meninggal karena kanker wlaupun saya lebih menolerir ending yang saya sebutkan belakangan, tapi saya sangat membenci perselingkuhan. Karena menurut saya itu tidak adil untuk sang pasangan. Kalau ternyata dia selingkuh juga sih gak masalah, nah kalau ternyata dia setia dan menjaga hatinya bagaimana??? Alangkah hancur hatinnya. Ketika menjalin hubungan saya cenderung menjadi tokoh yang dihancurkan bukan penghancur karena saya memegang prinsip wanita yang baik untuk lelaki yang baik, jadi menurut saya kalau saya baik-baik saja dan menjaga hati saya maka dia juga akan begitu, namun ternyata dia meningglkan saya dengan alasan klise yang sebenarnya saya artikan kalau dia menemukan wanita lain yang lebih dari saya.
Namun saya sangat mengagumi kesabaran dan keiklasan serta maaf yang telah dimiliki seorang sahabat saya kepada mantan pacarnya dulu. Sudah sering saya mendengar dia diselingkuhi, di pukul jika sang lelaki sedang marah, belum lagi kata-kata kasar yang berhamburan dari mulutnya maupun dari untaian kata SMS yang dikirimnya, anehnya teman saya tetap saja memaafkannya. Seolah dia sudah buta dan tuli. Mungkin ini yang dikatakan dengan kekuatan cinta. Padahal cinta yang diberikannya tidak sebanding dengan cinta yang diberikan sang lelaki. Dan sekarang ketika otaknya sudah kembali normal dan kata cinta bukan lagi priorotas dia sering sekali menertawai dan membodohi kelakuannya dihari yang lalu.
Kemudian saya mendengar ada yang berkata, saya sudah tidak bahagia lagi dengan pasangan saya. Wajar donk saya mencari kebahagian lain dari pasangan lain. Waduh, saya bingung harus memberi komentar apa, karena mendengar alasan itu saya jadi berpikir, jadi kalau gak bahagia bisa menghalalkan selingkuh ya???, hemz baru tau tuh. Intinya menurut saya selingkuh itu harus dihindari dan jangan sampai dilakukan, walaupun judulnya mau mencari kebahagian. Kalau sudah gak bahagia tinggalin aja sih, terus cari yang baru, ini tips untuk yang pacaran. Kalau yang sudah nikah, kalau merasa gak bahagia mending dibahas lagi dengan pasangan. Jaga komunikasi, terus terang lebih baik walaupun endingnya bakal menyakitkan lalu cari solusinya bersama. Setiap masalah ada jalan keluarnya kok, percaya deh, gak mungkinlah Tuhan memberikan masalah tanpa penyelesaiannya.
Saya sok tau ya???
Hahahaha..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar